Tiga minggu yang
lalu ...
Secara fakta,
perbuatannya telah terbukti salah dan aku sebagai korban. Tetapi sampai saat
ini dia belum bisa menerima kesalahannya
jika dilihat dari tingkah lakunya, dia menyimpan dendam terhadapku. Aku tidak
membuat masalah padanya. Aku biasa saja padanya. Tapi tahukah, ini fakta yang terjadi
padaku ... Dia menyimpan dendam.
Saat ini ...
1) Ketika Mawar
diberi rezeki Rp. 200.000,00 dari Mbak Dian. Mawar terkesan malu untuk menerimanya dan
pura-pura menolak, namun ujungnya diterima juga uangnya. Dan Mawar mengucapkan
terima kasih lalu dengan sungkan dia berkata bahwa pemberian Mbak Dian terlalu
banyak. Lalu Mbak Dian bilang bahwa yang
Rp. 100.000,00 kasihkan ke Melati. Lalu Mawar memberiku uang Rp. 100.000,00 sambil
berkata kepadaku, "Heh arek sing paling elek atine, iki duekmu!" Karena
aku merasa nggak se-level buat kisruh sama dia, aku diam saja dan menerima uang
tersebut. Lalu aku mengucapkan terima kasih ke Mbak Dian dan mendo'akan agar
Mbak Dian diberi rezeki yang banyak nantinya. Prinsipku, aku hanya merespon
kata-kata yang baik saja.
2) Ketika
berbincang dengan Pak Didik, Mbak Dian, Ayah, Pak Untung, Ibuk, Aku, dan
saudaranya Mbak Dian. Pak Didik memuji Mawar, "Wah Mawar semakin tinggi saja. Melati jauh lebih tinggi daripada Mawar."
Mawar tersipu
malu dan senang.
Lalu
Pak Didik
melanjutkan, "Kok Melati kalah tinggi sama kamu Mawar? Jangan-jangan
makanannya Melati kamu rebut semua ya? Makanya Melati jadi kurus dan
pendek. Wkwkkwk” Pak
Didik melucu sambil tertawa. Akupun juga ikut tertawa.
Dengan sontak
Mawar tiba-tiba menyanggah, "Gak Pak Didik. Melati nggak pernah pulang ke
rumah..!"
Aku
langsung
heran. Aku sudah diam saja. Aku nggak bikin gara-gara. Mawar malah
menuduhku nggak pulang ke rumah. Dia suka ngurusin dan menciptakan
masalah dengan menuduhku yang bukan-bukan.
Padahal dia tahu kalau aku lagi berjuang keras menyelesaikan skripsi.
Aku nggak pulang ke rumah selama 2 minggu dan setiap 3 hari sekali aku
sms Ayah dan Ibu untuk memberi kabar dan menanyakan tentang bagaimana
kabar disana. Lucunya ketika Mawar bilang begitu, masih belum selesai
ngomong, Pak Didik langsung diajak ngobrol
sama Ayah. Mawar terlihat dongkol dan
dikacangi.
3)
Ayah bertanya
kepadaku, "Kamu masih ada dendam sama Mawar ta? Kok daritadi aku ngeliat
kamu selalu menjauhi Mawar. Nggak pernah ngajak ngomong Mawar."
Lalu aku
menjawab, "Sama sekali tidak ada dendam, Yah. Biasa saja. Aku lupakan begitu saja kesalahannya. Ada apa, Yah?"
Lalu Ayah
menjelaskan, "Mawar memberitahu aku semua smsmu kepadanya. Kalau sms, jangan dengan
cara seperti itu. Sms dengan cara seperti itu sangat menyakitkan hati."
Lalu
aku
menjelaskan, "Aku akui memang aku sms seperti itu. Aku sms seperti itu
ketika kejadian itu berlangsung dan Mawar memutar balik fakta, makanya
aku kelepasan.
Aku sudah menjelaskan dan meminta maaf pada Mawar bahwa aku sedang
kelepasan selama satu jam saja. Selebihnya
aku memberi saran dan nasihat yang
baik kepada Mawar, diterima atau tidak itu terserah keputusannya. Tapi
sepertinya dia masih tidak mau menerima, karena aku melihat dia
mempublikasikan statusnya di Facebook dan BBM yang semua isinya adalah
menyindirku dengan fakta yang berkebalikan. Lalu untuk selanjutnya aku
memberi pesan yang baik kepada Mawar.
Apakah Ayah hanya diberitahu -sms jelekku yang sedikit-, sedangkan
banyak -sms
baik dariku kepada dia- tidak diberitahu oleh Mawar?
Lalu Mawar
membantah, "Lho wes tak balesi nang Line-ne Ian. Kamu gak moco ta?!
Aku menjawab, "Ian sudah nggak punya Line."
Jawabanku
salah,
seharusnya aku menjawab begini: Selama ini aku mengirimimu message
langsung ke private message Facebook dan BBM-mu. Tapi kenapa kamu malah
membalas messageku dengan mengirim lewat orang lain? Apakah kamu sengaja
menyebarkan tuduhan yang tidak masuk akal terhadapku kepada orang lain agar orang
lain ikut menjelekkanku sesuai hasutanmu? Ataukah kamu takut
mengirimkannya di private messageku langsung?
Lalu ayah
menjelaskan kepada Mawar, "Nah itu kan masalahnya kamu tidak meminta izin
buat meminjam barang milik orang lain, Mawar."
Lalu Mawar
membantah, "Dari kecil aku meminjam barangnya Melati selalu nggak
dibolehin sama Melati. Ya sudah aku meminjam gak bilang-bilang. Soalnya seumur
hidup tasku jelek, nggak pernah punya tas bagus. Ini aja aku baru beli tas
bagus gara-gara mendapat rejeki dari Mbak Dian!"
Aku
langsung kaget. Tunggu. Kapan aku nggak pernah mengizinkannya untuk
meminjam barangku? Aku selalu
memberinya izin, tapi kalau ada kerusakan atau kehilangan ya jelas aku
meminta
pertanggung jawabannya. Tapi tetap saja, dulu dia tidak pernah mau
bertanggung jawab. Malah memutar balikkan fakta dan menyalahkanku.
Intinya dia tidak mau disalahkan. Dan kalau disalahkan, dia akan
menciptakan jalan cerita yang semakin runyam yang isinya hanya menuduhku
dengan fitnah yang berkebalikan. Mencari beberapa orang untuk
dia hasut dan menyalahkanku. Dia dendam dan akhirnya untuk selanjutnya
dia
meminjam barangku tanpa meminta izin. Ini yang membuatku merasa
privasiku terganggu. Dia bilang, dia tidak pernah punya tas bagus? Eits,
tas yang dia
pakai selama ini harganya kurang lebih Rp. 200.000,00 dan dibelikan
Ayah.
Sedangkan tasku
harganya hanya Rp. 50.000,00 dan beli sendiri dari uang hasil tabungan
jerih payahku sendiri. Jelas tasnya lebih merk daripada tasku.
Apa yang diucapkan, berbanding terbalik dengan kenyataan. Aku biasa saja, sempat heran dengan pernyataan yang seperti itu. Aku tidak memusingkannya, langsung lanjut saja ke fakta selanjutnya. Lalu Ayah membahas masalah lain dengan Ibu.
Apa yang diucapkan, berbanding terbalik dengan kenyataan. Aku biasa saja, sempat heran dengan pernyataan yang seperti itu. Aku tidak memusingkannya, langsung lanjut saja ke fakta selanjutnya. Lalu Ayah membahas masalah lain dengan Ibu.
4) Waktu menjelang
tidur. Aku menata bantal pada tempat tidur secara sejajar seperti ini
M = Mawar
Lalu ketika Mawar
datang ke tempat tidur, Mawar merubah posisi bantalnya menjadi berlawanan denganku, yaitu
seperti gambar di bawah ini:
M = Mawar
Hmmm anak ini.
Sebenarnya yang cari perkara itu siapa. Dia sendiri yang berusaha
menghindari dan mencaciku tapi aku yang dituduh oleh Ayah bahwa aku menghindari Mawar dan
mencaci Mawar? Semakin profesional saja skill hasutannya. Aku sudah terbiasa seperti
itu dari kecil selama 16 tahun bersama Mawar. Sudah biasa diperlakukan seperti
itu juga sama orang lain yang memiliki sikap yang sama dengan Mawar. Aku hanya
heran saja. Mawar membuat salah, bukannya Mawar membaikiku
dan meminta maaf, tapi malah memojokkanku dalam kondisi sulit. Mengadu domba
antara aku dengan Ayah.
Ckckckkc .. Semoga Allah membuka pintu hatimu ya Mawar.
Ckckckkc .. Semoga Allah membuka pintu hatimu ya Mawar.
Aku tidak bisa
bersikap keji terhadap siapapun. Waktu Mawar sudah tidur pulas. Dan aku berada
di sampingnya sambil mengetik ini. Ibuku melihatku dan menanyakanku, "Sedang apa
kamu nak? Sudah malam, ayo tidur."
Aku: "Sebentar
buk, masih ngerjakan proposal hehehe..."
Ibu: "Kalau begitu
lampunya dinyalakan saja. Nanti kamu sakit mata lho mengetik dalam kegelapan
begini."
Aku: "Sudahlah
buk, Aku juga sudah terbiasa begini di kos. Nggak sakit mata kok buk, kan layar
laptopnya aku redupin."
Ibu: "Dinyalakan
saja laah.." (Ibuku sambil menyalakan lampu).
Aku: "Matikan aja
buk lampunya. Nanti kalau dinyalain, malah Mawar bangun. Biarkan dia tertidur pulas buk."
Ibu: "Oh ya sudah
kalau begitu."
Mawar.. Aku tidak bisa membalas kejahatanmu, jadi sampai kapan kamu menjahatiku seperti ini? Karena aku tidak bisa berbuat jahat pada orang lain. Kita beda level. Seharusnya kamu menjahati orang yang juga bisa menjahatimu,
NB:
Ini hanya curahan fakta saja. Setiap orang pasti ingin bercerita
tentang beban hidupnya. Tapi aku bukan tipe orang yang suka menggosip dan membeberkan kepada orang di sekitarku,
maka aku mencurahkannya lewat tulisan saja. Semoga Allah senantiasa memberiku kekuatan hati :) Amin
Mawar dan Melati, bukan nama sebenarnya :D
Mawar dan Melati, bukan nama sebenarnya :D